Keresahan Pakaian Pernikahan

Akhir2 ini otakku tengah berpikir random, namun serius. Iya, seserius itu sampai aku ingin membuat pakaian pernikahan. Padahal aku sudah khatam menikah dengan alm.suami yang sangat saya cintai hingga sekarang. Dan tidak ada niat untuk menikah lagi. Lalu kenapa aku ingin membuat gaun pengantin?
 
Itu karena duluuu, aku pernah mengalami momen menikah tanpa berpikir panjang. Membuat kebaya akad dan resepsi, namun setelahnya mubadzir karena menjadi barang yang tidak terpakai. Kenapa tidak nyewa? Karena aku dulu sombong dan jemawa, merasa masih muda, punya duit, dan dengan mudahnya bakar sana, bakar sini.

Sampai aku menghadiri pesta pernikahan salah satu anak dari kerabat jauh. Ternyata, eh ternyata masalahnya sama. Si pengantin membeli pakaian pengantin yang mahalnya minta ampun, akan tetapi tidak bisa digunakan setelahnya. Ingin rasanya aku mengedukasi bahwa kemeriahan sesaat waktu resepsimu itu tidak akan mempengaruhi jalan panjang pernikahanmu kelak, sayang.

Andai aku bisa mengulang waktu (atau ini bisa jadi pembelajaran untuk teman2 yang nantinya menikah-terutama introvert, ya 🤭). Tidak perlu berpesta pora untuk menyenangkan banyak orang, karena momen terindah dalam hidupmu seharusnya hanya diisi orang terdekat.

Dari poin tersebut, kamu juga tidak perlu merasa ingin membahagiakan orang lain dan terlihat wah. Karena, orang terdekatmu pasti tahu mana yang terbaik untukmu. Termasuk dalam hal berpakaian. Pakaian pengantin bagus itu relatif, jadi kalau menurutmu sudah bagus dan pantas. Ya sudah, lakukan affirmasi positif bahwa ini memang sesuai kenyamanan kamu, bukan untuk orang lain.

Kalau bisa, cari pakaian yang tidak hanya bisa digunakan saat resepsi saja. Setelah acara pernikahan pun, kamu bisa memakai baju pernikahanmu dalam momen2 tertentu. Contoh model seperti ini :


Dengan model shawl yang bongkar pasang, basic dressnya bisa kamu gunakan pengajian waktu malam hari (pengajian mentok juga 1 jam, kemudian lepas gaun dan angin2an). Besok paginya tinggal diberi pemanis shawl untuk acara akad nikah dengan riasan make up artist. Jadi, kesannya benar2 berbeda walaupun dengan baju yang sama.

Waktu resepsi beda lagi, bisa pakai model seperti ini.
Dressnya tetap sama, ya. Tinggal semprot parfum aja. Terus, pakai saja rok bongkar pasang yang berekor, dimana bagian belakang rok lebih panjang. Lalu, untuk bagian badan atas biar tidak terlihat polos, tambahi cape berpayet dibahu, dengan mutiara yang menjuntai pada pundak. Lengan bagian bawahpun tak luput dari perhatian, karena hal ini termasuk penting untuk bersalaman dengan tamu. Maka, beri manset bongkar pasang dengan aksen payet berkilau.

Kurang mewah?
Tambahi saja aksen bunga organza dan payet2 pada gamis atau rok bongkar pasang.

Bereskan?

1 gamis/dress, dengan 3 look.

Andai dulu waktu menikah aku sudah sadar akan hal ini, kan ga perlu beli kebaya mahal2 yang akhirnya nggak kepake. Selain itu, setelah acara menikah selesai pun, basic dressnya atau gamisnya masih bisa dipake kalo kondangan atau ada acara pengajian. Jadi, semua bermanfaat.

Untuk membuat pakaian seperti itu, dengan perkiraan kain yang digunakan 10meteran, yang dibagi menjadi berbagai jenis kain, yakni wolfis, satin duches, ceruti, brokat dan organza. Cuma menghabiskan sekitar 600ribuan. Harga yang pantas menurutku untuk sebuah gaun pernikahan.

Tidak mahal, dan bermanfaat setelahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sadar Diri

DIY-cempal tanpa jahit