Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Perencanaan

 Atau sebut saja planner, saya adalah salah satu perencana yang selalu membuat list kegiatan untuk besok, bahkan list untuk kegiatan yang akan datang. Itulah kenapa saya tidak pernah bingung akan dana dadakan ketika kebutuhan urgent tiba. Bisa dibilang saya manusia introvert dan sedikit perfeksionis. Perhitungan tahun perencanaan saya bukan dimulai ketika akhir tahun atau bulan desember. Tapi, perhitungan saya dimulai ketika syawal atau ketika masa idul fitri selesai. Kenapa? Karena persiapan saya mengumpulkan cuan, akan saya hitung betul mendapat berapa... nantinya akan dibagi menjadi jatah sedekah, jatah zakat dan lain2. Karena sebagai pedagang, saya tidak punya penghasilan tetap layaknya pegawai kantoran dengan slip gaji teratur. Jadi ketika mendekati idul fitri yang akan datang, saya bisa menentukan kewajiban apa saja yang perlu saya penuhi. Biasanya, saya mempunyai kalender yang akan saya bagi menjadi 2 kebutuhan. Yakni 6 bulan pertama untuk memenuhi (atau nyicil) kebutuhan se...

Sadar Diri

 Saya menulis ini karena sejak kecil saya sudah dibantai dengan kenyataan bahwa saya terlahir bukan dari kaum berkecukupan. Saya kecil hidup bersama orang tua, yang hidup dirumah dinas hampir tak layak pakai (bocor, banjir, retak dinding sampai ular masuk kerumah, dan banyak lagi). Anehnya, saya enjoy aja dan senang. Ditahun ke 4 usia saya, saya dikirim orang tua untuk ikut mbah kakung dan mbah uti di kota agar bisa sekolah layak. Alasan lainnya yang lambat laun saya ketahui, orang tua saya tidak mampu membiayai kebutuhan untuk seorang anak kecil dan sekolahnya. Jadi, mereka menitipkan cucunya untuk di sekolahkan dan dirawat oleh mbahnya. Saya tidak sedih waktu itu. Saya masih terlalu kecil untuk tahu kenyataan tersebut. Diotak saya, hanya ada bermain, tertawa dan sekolah. Titik. Tidak serumit ketika usia saya bertambah seiring waktu. Sampai SMA saya hidup bersama mbah, ikut merawat beliau saat masuk rumah sakit. Mencuci pakaian beliau saat mereka mulai menua dan menyuapi saat mini...

Jodoh

 Ringan saat diucapkan, namun begitu terasa bebannya. Saya menikah diusia muda, karena cinta dan pertimbangan. Naif sekali saya waktu itu. Tapi, anehnya kami menjalani kehidupan keluarga dengan bahagia. Cobaan kita hadapi, komunikasi kita terapkan dengan belajar seiring dengan bertambahnya usia pernikahan, lalu ketika cinta mulai menjadi rasa nyaman... Allah lah yang menjadi patokan kita untuk bersama. Berprinsip ibadah untuk membangun keluarga, membesarkan anak sesuai sunnah rasul. Sisanya, menjalani semua dengan positif. 7 tahun usia pernikahan kami, dan saya bahagia. Saya tidak menyesal menikah diusia muda, saya tidak menyesal memiliki anak setelah 1 tahun pernikahan. Bahkan waktu itu, saya ingat betul keuangan keluarga kecil kami belum mampu untuk menghidupi satu mulut lagi dengan kata nyaman. Akan tetapi, atas ijin Allah dan segala usaha, memang ada saja rejeki untuk anak. Saya tidak mengajarkan anda untuk menikah muda tanpa bekal seperti saya. Hanya berbekal naif, kepolosan d...

Melewati Kepala 3

 Ya, saya sedang menjalani proses usia saya yang menuju 32 tahun. Pasti sudah banyak yang kita lewati ketika menginjak usia tersebut. Salah satu contohnya, kita telah ditinggal oleh orang terdekat kita. Entah itu secara gamblang atau hanya perasaan kita saja. Diusia ini, saya sudah mengalami ditinggalkan oleh suami saya selamanya. Suami yang sangat, sangat saya cintai. Karena Allah SWT lebih mencintainya karena kebaikannya. Diusia ini, saya juga ditinggalkan mertua saya (abah) menyusul tidak lama setelah suami saya meninggal. Diusia ini, saya merasa dibombardir oleh kenyataan yang menempa saya untuk 'nrimo'. Yah! Kata 'nrimo', yang dalam bahasa indonesia artinya menerima dengan ikhlas tengah saya jalani. Dalam titik keterpurukan saya, banyak saya merenung untuk mencari apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Karena pada kenyataannya, kehidupan akan terus berjalan, anak-anak saya harus tetap bersekolah dan bercita-cita untuk asa yang akan mereka kejar. Sampai ke perjalan...