Perencanaan
Atau sebut saja planner, saya adalah salah satu perencana yang selalu membuat list kegiatan untuk besok, bahkan list untuk kegiatan yang akan datang. Itulah kenapa saya tidak pernah bingung akan dana dadakan ketika kebutuhan urgent tiba.
Bisa dibilang saya manusia introvert dan sedikit perfeksionis. Perhitungan tahun perencanaan saya bukan dimulai ketika akhir tahun atau bulan desember. Tapi, perhitungan saya dimulai ketika syawal atau ketika masa idul fitri selesai.
Kenapa?
Karena persiapan saya mengumpulkan cuan, akan saya hitung betul mendapat berapa... nantinya akan dibagi menjadi jatah sedekah, jatah zakat dan lain2. Karena sebagai pedagang, saya tidak punya penghasilan tetap layaknya pegawai kantoran dengan slip gaji teratur. Jadi ketika mendekati idul fitri yang akan datang, saya bisa menentukan kewajiban apa saja yang perlu saya penuhi.
Biasanya, saya mempunyai kalender yang akan saya bagi menjadi 2 kebutuhan. Yakni 6 bulan pertama untuk memenuhi (atau nyicil) kebutuhan sekolah anak ditahun ajaran baru nanti, dan 6 bulan sisanya mulai mengumpulkan sembako untuk sodaqoh. Kelebihan dari perencanaan jangka panjang ini, saya bisa memilih harga murah untuk perlengkapan yang harganya bisa naik saat musimnya.
Contohnya, saat musim kenaikan kelas. Harga buku, tas, crayon, pensil, seragam, sepatu bisa naik 10% dari harga biasanya. Tidak masalah kalau cuan kita memang dirasa mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kalau pas2an macam saya, ya harus putar otak gimana kebutuhan anak tetap terpenuhi dan dompet tidak sampai kempes. Maka dari itu, saya melakukan perencanaan agar keuangan keluarga selamat, semua senang dan anak bisa sekolah dengan nyaman.
Contoh lainnya saat lebaran, harga gula pernah tembus 5% dari harga normal. Padahal tradisi di kampung saya kalau bertamu ke kerabat lebih tua pasti membawa gula, paling tidak 5 kilo. Saya membeli gula kemasan (gulaku/rosebrand) untuk menghindari basah dan bungkus yang rentan bolong, dibandingkan dengan membeli gula timbangan. Harga normalnya ditoko 12ribuan perkilo, kalau lebaran bisa tembus 18 ribu-24 ribu. Bisa dibayangkan saya bisa menyimpan berapa banyak uang untuk kebutuhan lain bukan?
Itu adalah perencanaan besar saya tiap tahunnya. Perencanaan kecil saya lakukan tiap hari, saya menyebutnya sebagai mikromanajemen waktu. Jadi, setiap malam sebelum tidur saya akan mencatat apa yang akan saya lakukan besok. Awalnya secara garis besar saja, lalu setelah itu saya detailkan sendiri.
Contohnya seperti ini :
Plan besok :
1. Antar anak sekolah
2. Kepasar
3. Belanja buat masak besok
4. Jemput azka pulang sekolah
5. Antar ngaji
6. Belajar
☝diatas adalah contoh rencana yang saya tulis secara garis besar. Setelah menulis itu, saya akan mendetailkan apa saja yang perlu saya lakukan. Seperti contoh dibawah ini :
Plan besok :
1. Antar anak sekolah : jam 06.30 (bawa bekal nasi goreng telur, sosis, nuget).
2. Kepasar (ambil barang ke sales, jangan lupa bawa uang 500ribu)
3. Belanja masak besok (sop+ayam goreng)
4. Jemput azka (tutup toko jam 11, jemput azka. Sholat, Makan siang, review kegiatan sekolah, tanya tugas, istirahat)
5. Antar ngaji (15.00, sholat ashar dirumah baru berangkat, antar jahitan ke mbak dila)
6. Belajar (selesai maghrib sampai isya. Membaca saja, kalau ada tugas dikerjakan)
Ps : kalau selesai semua selesaikan pola dan potong kain punya anaknya mbak mu, lalu jahit sedikit kalau masih sempat.
Permak celana pak ilham kerjakan besok setelah subuh.
Masak sudah harus disiapkan dan dipotong bahannya dari siang sepulang pasar, jadi pagi tinggal cemplung.
☝seperti itu contoh perencanaan saya setiap hari.
Saya menulis perencaan hanya memakai aplikasi notes gratis. Tidak perlu pengingat atau alarm, karena setiap waktu saya sering membuka hp dan menulis random (apapun itu di otak ke catatan/notes). Dari menulis itu saya pun mulai bercerita di blog ini. Berkeluh kesah, berbagi pengalaman, bercerita random, seperti otak saya yang tidak bisa fokus pada sesuatu. Saya butuh media untuk menyalurkan keresahan2 tak berujung ini.
Membuat list ini saya mulai sejak bangku smp, karena melihat bude saya yang membuka toko kelontong selalu menulis daftar barang habis dari tokonya. Saya tertarik, mengamati beliau dalam diam dan belajar dari sana. Menulis, walaupun saya tidak pandai setidaknya hidup saya teratur, itu kata bude saya. Saya ingin hidup saya tertata, tidak bingung, tidak menjadi manusia yang grusa-grusu, saya ingin nyaman dan tenang karena semua terkontrol dalam secarik kertas.
Dari smp itulah saya belajar, sampai sekarang. Menjadi perencana bukan soal kegiatan saja, juga tentang keuangan. Saya pernah hidup dengan gaji 600ribu dan bisa bertahan sebulan tanpa hutang, saya juga pernah ketika uang tinggal 50 ribu dan gaji masih satu minggu lagi.
Ada kegagalan dalam berencana, itu pasti. Ada kala kita putus asa dalam berencana. Tidak apa-apa, itu normal. Saya mengalami itu juga, anggaplah sebagai belajar. Jangan menyerah, setidaknya ketika kita gagal dalam berencana... sajatuh apapun kita tidak akan jauh dari tujuan. Karena, ketika kita berencana pasti akan memikirkan seberapa kuat melakukan rencana itu, walaupun gagal setidaknya kita gagal karena sudah berpikir. Beda cerita kalau kita gagal karena bodoh.
Saya akui saya seorang introvert akut, yang akan panik kalau rencana berantakan atau tidak sesuai waktu yang ditentukan. Saya berencana karena ingin meminimalisir rasa panik. Saya nyaman ketika menjadi pengamat, sadar akan kemampuan diri sendiri dan menuliskannya dalam catatan random.
Perencanaan ini adalah zona nyaman saya, yang mengantarkan saya sampai pada saat ini. Yang menjadikan saya pribadi bisa diterima oleh masyarakat. Menulis, merencanakan dengan detail, mengetahui situasi dan kondisi adalah cara saya bertahan hidup sebelum menghadapi dan berkumpul bersama banyak orang.
Contohnya saat ada undangan reuni, sebelum saya menghadiri undangan tersebut, saya akan mencari banyak informasi mengenai tempat venue, siapa saja yang hadir, makanan apa saja dalam menu, bahkan sampai ke wardrobe apa yang cocok sesuai dengan tempat dan acara tersebut. Rencana saya pasti akan detail sekali, menu yang saya pesan nantinya akan ini, pilihan kedua jika kosong adalah ini. Dan saya akan membuat percakapan dengan si A, sebelumnya saya harus chat si A untuk menanyakan kabar dan mengakrabkan diri agar tidak kaku saat bertemu nanti. Dan banyak lagi perencanaan yang saya lakukan dengan kemungkinan dan plan A,B,C nya...
Gila! Mungkin.
Tapi berencana membuat saya tahu medan yang dihadapi. Siapa yang ditemui, percakapan apa yang aman dan membuat saya yang canggung ini seperti mereka pada umumnya.
Bersyukurlah jika kalian tidak seperti saya. Atau jika ada yang mengalami seperti saya, lakukan apapun yang kalian merasa nyaman dengan dunia kalian sendiri. Saya nyaman berkumpul dengan banyak orang, tapi ya itu syaratnya... semua harus terencana dan saya tahu medan. Setelah itu tercapai, saya biasa saja. Menjalani seperti air mengalir seraya mengamati kondisi sekitar.
Berencana, membuat saya menjadi pribadi lebih baik dan tenang.
Komentar
Posting Komentar